Bukan Hasrat Memiliki Keluaran 16:2-15, 31-35
“Sesungguhnya Aku akan menurunkan dari langit hujan roti bagimu; maka bangsa itu akan keluar dan memungut tiap-tiap hari sebanyakyang perlu untuk sehari, supaya mereka Kucoba, apakah mereka hidup menurut hukum-Ku atau tidak. (Kel. 16:4)
Dua hasrat yang selalu bergelut dalam diri manusia adalah apa yang disebut Erich Fromm sebagai hasrat to have dan hasrat to be. Hasrat to have mendorong kita ingin memiliki berbagai hal karena kita menganggap kebahagiaan kita bergantung pada apa yang kita miliki. Sedangkan hasrat to be adalah hasrat yang membawa kita pada kesadaran bahwa kebahagiaan kita tidaklah bergantung pada apa yang kita miliki, melainkan pada siapa diri kita.
Ketika bangsa Israel berjalan di padang gurun, mereka mengeluh karena tidak memiliki daging dan roti seperti yang mereka nikmati di Mesir. Fakta bahwa saat itu mereka menikmati daging dan roti dalam status sebagai budak, tampaknya tidak merisaukan mereka. Itu sebabnya ketika Tuhan menanggapi keluhan mereka dengan memberikan roti dari langit, maka Tuhan berpesan agar masing-masing orang hanya mengambil “sebanyak yang perlu untuk sehari”. Tuhan mendidik umat- Nya untuk tidak menjadi orang yang hanya berpikir tentang bagaimana menambah apa yang dimiliki, melainkan menjadi orang yang menaati kehendak Tuhan. Bukan to have tapi to be.
Hasrat to have tidak akan pernah bisa kita penuhi karena tidak ada batasnya. Kita hanya akan menjadi monster yang begitu rakus ingin menelan apa saja. Itu sebabnya Yesus pun mengajar kita untuk berdoa, “Bapa kami yang di sorga . . . Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya” (Mat. 6:11). [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Tolong kami, ya Bapa, untuk selalu mengingat panggilan kami menjadi anak-anak-Mu sebagaimana Engkau kehendaki. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 78:1-8, 17-29; Kel. 16:2-15, 31-35; Mat. 15:32-39
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.