MENIRU ALLAH Efesus 5:1-6
Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah (Ef. 5:1-2)
Seorang bayi belajar berbicara dengan cara meniru apa yang ia dengar dari orang-orang di sekitarnya. Demikian pula ketika ia belajar hal-hal lainnya. Inilah yang disebut “mimesis” (imitasi, peniruan), dan ini pula istilah yang digunakan ketika Rasul Paulus mengingatkan supaya kita menjadi “penurut-penurut” (mimetes) Allah. Artinya, kita diminta untuk meniru Allah, seperti anak-anak yang meniru orangtuanya.
Sebagai orang-orang Kristen, tidak cukup jika kita hanya mengaku percaya dan bahkan dibaptiskan saja. Ketika Allah menyelamatkan kita, maka la tidak hanya membenarkan diri kita, melainkan la juga meminta kita hidup kudus. Jika tidak demikian, maka anugerah keselamatan tak lebih hanya anugerah murahan belaka.
Dalam rangka hidup kudus itulah Firman Tuhan mengingatkan bahwa yang harus kita tiru dari Allah adalah kasih-Nya, sebagaimana yang sudah dibuktikan melalui dan di dalam diri Yesus Kristus. Kasih yang sudah diteladankan oleh Yesus adalah kasih agape, yaitu kasih yang tidak saja membuat kita bersedia berkorban, namun juga yang mewujud-nyata, tidak abstrak. Kita bisa saja menaruh belas kasihan pada seseorang. Namun, jika kita tidak melakukan apa pun juga untuk menolong orang tersebut, maka itu bukan kasih agape. Demikian pula jika kita mendaku bahwa kita mengasihi istri, suami, anak-anak kita, tetapi mereka tidak bisa merasakan kasih tersebut, maka itu pun bukan kasih agape. Kasih agape senantiasa mewujud konkret. [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Tolong kami, ya Tuhan, untuk menjadi seperti diri-Mu yang mampu mengasihi dengan kasih yang konkret dan mewujud nyata. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 26:1-8; Yer. 14:13-18; Ef. 5:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/meniru-allah/