Pelajaran Saat Tertindas Mazmur 119:65-72
Bahwa aku tertindas itu baik bagiku, supaya aku belajar ketetapan-ketetapan-Mu. (Mzm. 119:71)
Sebagai orang normal, tentu kita tidak ingin hidup susah. Sebaliknya, mudah, aman, dan nyaman itulah yang kita inginkan untuk hidup kita. Manusia bahkan mengembangkan berbagai kemajuan teknologi yang memudahkan hidup. Belanja online, telepon genggam, ataupun mobil otomatis adalah beberapa contohnya. Jika bisa semua hal dalam hidup, kita buat menjadi mudah. Namun, tak semua bisa dipermudah. Terkadang, ada kesusahan yang harus kita terima dan hadapi.
Hidup pemazmur tak selamanya mudah. Ada orang kurang ajar yang telah berdusta tentang dia. Fitnah dan perkataan bohong diberikan kepadanya. Hal itu membuat pemazmur merasa tertindas. Namun, dalam kondisi tertindas, ia justru berkata bahwa Tuhan itu “baik dan berbuat baik”. Rupanya, penindasan (kesusahan) yang ia alami itu membuatnya sadar bahwa ia telah menyimpang dari Tuhan (ay. 67). Ia pun mau belajar ketetapan Tuhan lagi (ay. 71). Kesusahan yang disebabkan oleh orang yang berdusta tentangnya, membuatnya sadar untuk kembali pada perintah Tuhan.
Menarik pelajaran dari kesusahan yang kita alami adalah bagian dari refleksi iman. Saat kesusahan terjadi dalam hidup kita, dan kita tidak dapat menghindarinya, maka terimalah pengalaman itu sebagai pelajaran iman. Kita hendak kembali memahami apa yang Tuhan mau tunjukkan, dan bersyukur atas kebaikan Tuhan yang tetap ada. [Pdt. Novita]
REFLEKSI:
Saat kesusahan tak bisa kita hindari, ada pengalaman iman yang dapat kita refleksikan di dalamnya.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:65-72; Ul. 17:2-13; Rm. 13:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.