ALLAH MENGINGAT Kejadian 7:11-8:5
Maka Allah mengingat Nuh dan segala binatang liar dan segala ternak, yang bersama-sama dengan dia dalam bahtera itu, dan Allah membuat angin menghembus melalui bumi, sehingga air itu turun. (Kej. 8:1)
Ada kalanya seorang ibu atau ayah dibuat marah oleh anaknya, terutama ketika sang anak tidak mematuhi mereka. Namun, semarah-marahnya orangtua, kasih sayangnya kepada anaknya selalu lebih besar dari amarah yang ada di hatinya. Itulah pula gambaran tentang Allah.
Setelah Allah marah kepada manusia karena ketidaktaatan mereka dan menghukum umat manusia dengan air bah, maka amarah Allah akhirnya surut juga. Dan seiring dengan surutnya amarah Allah, maka hukuman Allah pun perlahan sirna. Dalam kisah kita disebutkan bahwa kemarahan Allah surut karena “Allah mengingat” (8:1). Mengingat adalah sebuah tindakan aktif, bukan kondisi psikologis belaka seperti ketika kita ingat akan lauk yang menjadi menu makan siang kemarin. Lawan kata dari mengingat bukanlah “lupa” tapi “melupakan.”
Kalau kita mempunyai utang pada seseorang dan kemudian orang itu lupa bahwa kita berutang padanya, maka kita masih dihantui rasa khawatir, jangan-jangan suatu ketika kelak ia akan ingat tentang utang tersebut. Ini berbeda dari situasi di mana orang tersebut tidak lupa bahwa kita punya utang padanya, tapi ia sengaja tidak mengingat utang kita. la telah melupakannya. Itulah persis yang dilakukan Allah dalam kisah yang kita renungkan. Ketika la mengingat Nuh dan semua yang besertanya di dalam bahtera, maka itu berarti la secara aktif sengaja tidak mengingat, la melupakan kesalahan yang pernah dilakukan umat manusia. [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Terima kasih, ya Bapa, karena Engkau selalu mengingat kami, meskipun kami telah melakukan kesalahan kepada-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 18:2-20; Kej. 7:11-8:5; 2Ptr. 2:4-10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.