Berharap Hanya Kepada Allah Mikha 7:1-7
Celaka aku! Sebab keadaanku seperti pada pengumpulan buah di musim kemarau,… Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN, akan mengharapkan Allah yang menyelamatkan aku; Allahku akan mendengarkan aku! (Mi. 7:1 & 7)
Keadaan seperti pengumpulan buah di musim kemarau adalah gambaran orang miskin yang mencari sisa-sisa buah setelah selesai panen. Biasanya, para pemanen tidak menyisakan sedikit pun hasil panennya meskipun hukum Taurat melarang hal itu (Im. 19:9-10; Ul. 24:19-21). Keadaan itu seperti vonis mati bagi mereka yang miskin dan lapar karena sebentar lagi akan datang musim dingin. Itulah gambaran kehidupan orang benar di tengah-tengah merebaknya kejahatan di mana-mana. Singkatnya bisa dikatakan: keadaan yang tidak menyisakan pengharapan sedikit pun.
Nabi Mikha tidak menggantungkan harapannya pada kondisi di sekitarnya. Ia memilih untuk menunggu-nunggu TUHAN. Menunggu Tuhan bukanlah suatu keadaan yang pasif. Justru sebaliknya, itu adalah komitmen untuk percaya yang aktif. Pengharapan kepada Tuhan itulah yang menumbuhkan kekuatan dan optimisme di dalam diri Mikha.
Menaruh pengharapan pada kondisi di sekitar kita memang paling mudah karena segala sesuatunya kelihatan dengan jelas. Namun, juga sekaligus paling mudah goyah dan hancur karena keadaan selalu berubah. Tidak mudah berharap kepada Allah yang tidak kelihatan. Namun justru, hanya pengharapan kepada Allah sajalah yang akan kokoh dan kuat karena Allah tidak pernah berubah, baik kuasa maupun kesetiaan-Nya kepada umat-Nya. Karena itu, marilah kita terus belajar memiliki komitmen untuk berharap kepada Allah. [Pdt. Mungki A. Sasmita]
DOA:
Mampukan kami untuk membangun komitmen percaya dan berharap hanya kepada-Mu, ya Tuhan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 6 ; Mi. 7:1-7; Why. 2:1-7
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.