Matius 18:1-5
Pada waktu itu datanglah murid-murid itu kepada Yesus dan bertanya: “Siapakah yang terbesar dalam Kerajaan Surga?” Maka Yesus memanggil seorang anak kecil dan menempatkannya di tengah-tengah mereka lalu berkata: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika kamu tidak bertobat dan menjadi seperti anak kecil ini, kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga. Sedangkan barangsiapa merendahkan diri dan menjadi seperti anak kecil ini, dialah yang terbesar dalam Kerajaan Surga. Dan barangsiapa menyambut seorang anak seperti ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”
***
Waktu menjadi seorang misionaris di Thailand dahulu, saya pernah bertugas di yayasan milik Fransiskan Thailand yang membantu merawat orang-orang yang mengindap HIV/AIDS. Yayasan ini menampung penderita HIV/AIDS yang berada dalam fase terakhir. Banyak pasien yang dirawat di sini akhirnya meninggal. Di tempat lain, ada juga yayasan yang dikelola oleh para suster dari Tarekat Salesian yang menampung anak-anak dengan HIV/AIDS. Ada perbedaan yang sangat mencolok di antara dua tempat penampungan ini. Berbeda dengan tempat penampungan orang dewasa, pada umumnya anak-anak tetap ceria, meski tahu bahwa mereka terpapar virus HIV. Mereka tetap bermain, berdoa, bekerja, dan belajar sebagaimana anak-anak yang lain. Mungkin karena keceriaan itu juga, angka kematian di tempat penampungan anak-anak jauh lebih rendah daripada di tempat penampungan orang dewasa.
Anak-anak memang memiliki kemampuan untuk beradaptasi dan belajar jauh lebih cepat dan lebih baik daripada orang dewasa. Dibandingkan dengan orang dewasa, seorang anak akan lebih mudah belajar bahasa dan beradaptasi di tempat yang baru. Kepolosan, ketulusan, keluguan, dan keceriaan merekalah yang membuat mereka jadi mudah menyesuaikan diri dan belajar banyak hal.
Sedikit berbeda dengan penuturan Injil Lukas (Luk. 9:46-50), Injil Matius menampilkan para murid yang bertanya kepada Yesus tentang siapa yang terbesar dalam Kerajaan Surga, alih-alih bertengkar meributkan siapa yang terbesar di antara mereka. Namun, tanggapan Yesus dalam kedua kisah tersebut pada dasarnya sama. Ia mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di antara mereka.
Dengan itu, Yesus mengajak para murid untuk melihat kepolosan, ketulusan, keluguan, dan keceriaan anak kecil. Sebagaimana seorang anak kecil yang tidak mempunyai ambisi yang besar, apalagi sampai menyingkirkan dan membunuh orang lain, para murid juga diminta demikian. Yesus mengajak mereka untuk beriman seperti anak kecil yang polos, tulus, lugu, ceria, rendah hati, dan suka menolong. Sebagaimana anak kecil selalu mengandalkan orang tuanya, siap dibimbing dan dituntun, serta selalu membutuhkan perlindungan dari pihak orang tua, relasi para murid dengan Yesus hendaknya dibangun atas sikap-sikap dasar seperti itu.