Berjumpa Allah Dalam Segala Kisah Para Rasul 7:44-53
“Bukankah tangan-Ku sendiriyang membuat semuanya ini?” (Kis. 7:50)
Secara tradisional, orang Kristen kerap memahami gedung gereja sebagai ‘rumah Tuhan’ atau situs di mana Tuhan semestinya berada. Pandangan ini tidak keliru sekalipun tidak sepenuhnya tepat. Sebagai tempat berhimpunnya persekutuan orang percaya, gereja menjadi ruang di mana Allah yang hadir dimuliakan. Namun, kita tentu setuju bahwa Allah yang tak terbatas itu tidak dapat dibatasi hadir-Nya oleh ruang dan waktu. Allah dapat berada di mana saja untuk menjumpai kita.
Pada ruang dan waktu manusia yang terbatas, Allah yang kekal dan tak terbatas itu hadir dan melampauinya. Omnipresence atau kemahahadiran Allah itulah yang menjadi tesis Stefanus. Di hadapan Mahkamah Agama Yahudi, Stefanus menyampaikan pembelaannya. la sedang disidang karena tuduhan melecehkan bait Allah dan hukum Taurat. Dua tuduhan yang sama sekali keliru. Karena itulah, Stefanus tidak sedikit pun gentar. Melalui kuasa Roh Kudus yang memandunya, Stefanus menjelaskan tentang Allah yang kehadiran-Nya tidak dapat dibatasi oleh ruang dan waktu manusia yang terbatas. la bersaksi bahwa Allah tidak dapat dikungkung keberadaan-Nya hanya di satu lokasi saja. Hal ini tentu selaras dengan berbagai rujukan kesaksian di dalam kitab Perjanjian Lama.
Memuliakan Allah tak terbatas di gedung ibadah. Melalui rutinitas dan berbagai karya, Allah hadir. la mengundang kita untuk menjumpai-Nya dalam segala keadaan. Menyadarkan bahwa la tak pernah meninggalkan kita. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Di gunung dan di lurah, di altar dan di pasar, di mana-mana saja, Tuhan hadir dan beserta kita.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:129-136; 1Raj. 1:38-48; Kis. 7:44-53
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.