Berkarya dalam Kerapuhan Mazmur 33:12-22
Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! (Mzm. 33:20)
Kisah tentang Daud melawan Goliat menjadi salah satu cerita yang menakjubkan saya sejak Sekolah Minggu. Bagaimana tidak, Daud yang digambarkan rapuh seperti anak kecil dengan membawa katapel bisa mengalahkan Goliat yang digambarkan bagai raksasa dan alat-alat perang yang canggih.
Pengalaman ini menjadi latar pemazmur menaikkan pujian dalam Mazmur 33. Baginya, keselamatan hanya bisa diberikan Tuhan sebagai penolong dan perisai kita. Seorang raja selamat bukan karena kekuasaan yang ia miliki atas ribuan tentara. Seorang pahlawan menang bukan karena kekuatannya ataupun kuda yang saat itu menjadi alat perang tercanggih di dunia. Semua itu terbukti kala Daud bisa mengalahkan Goliat dengan alat yang kalah canggih, kondisi fisik yang kalah kuat, dan jumlah tentara Israel yang kalah besar dari Filistin.
Kalau begitu, apa yang menjadi bagian manusia? Mari belajar dari Daud. Meski ia rapuh karena kalah fisik dan kalah canggih, tetapi ia tetap berani menghadapi Goliat. Ia tidak menunggu situasi berubah, tetapi ia terus berkarya dan mengasah diri. Ia tidak mengasihani dirinya dan tidak menjadikan kerapuhannya sebagai alasan meminta pengasihan dan pengertian orang lain. Semua itu terjadi karena imannya bahwa Allah adalah penolong dan perisai baginya. Kita juga, mari menantikan pertolongan Tuhan dalam setiap pergumulan kita. Bukan menunggu dengan meratapi kerapuhan, maka situasi berubah, melainkan dengan terus berkarya di dalam kerapuhan! [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
REFLEKSI:
Sudahkah kita menanti pertolongan Tuhan dengan keberanian menghadapi “Goliat-Goliat” hidup kita?
Ayat Pendukung: Mzm. 33:12-22; Kel. 19:1-9a; Kis. 2:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.Jiwa kita menanti-nantikan TUHAN. Dialah penolong kita dan perisai kita! (Mzm. 33:20)
Kisah tentang Daud melawan Goliat menjadi salah satu cerita yang menakjubkan saya sejak Sekolah Minggu. Bagaimana tidak, Daud yang digambarkan rapuh seperti anak kecil dengan membawa katapel bisa mengalahkan Goliat yang digambarkan bagai raksasa dan alat-alat perang yang canggih.
Pengalaman ini menjadi latar pemazmur menaikkan pujian dalam Mazmur 33. Baginya, keselamatan hanya bisa diberikan Tuhan sebagai penolong dan perisai kita. Seorang raja selamat bukan karena kekuasaan yang ia miliki atas ribuan tentara. Seorang pahlawan menang bukan karena kekuatannya ataupun kuda yang saat itu menjadi alat perang tercanggih di dunia. Semua itu terbukti kala Daud bisa mengalahkan Goliat dengan alat yang kalah canggih, kondisi fisik yang kalah kuat, dan jumlah tentara Israel yang kalah besar dari Filistin.
Kalau begitu, apa yang menjadi bagian manusia? Mari belajar dari Daud. Meski ia rapuh karena kalah fisik dan kalah canggih, tetapi ia tetap berani menghadapi Goliat. Ia tidak menunggu situasi berubah, tetapi ia terus berkarya dan mengasah diri. Ia tidak mengasihani dirinya dan tidak menjadikan kerapuhannya sebagai alasan meminta pengasihan dan pengertian orang lain. Semua itu terjadi karena imannya bahwa Allah adalah penolong dan perisai baginya. Kita juga, mari menantikan pertolongan Tuhan dalam setiap pergumulan kita. Bukan menunggu dengan meratapi kerapuhan, maka situasi berubah, melainkan dengan terus berkarya di dalam kerapuhan! [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
REFLEKSI:
Sudahkah kita menanti pertolongan Tuhan dengan keberanian menghadapi “Goliat-Goliat” hidup kita?
Ayat Pendukung: Mzm. 33:12-22; Kel. 19:1-9a; Kis. 2:1-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.