Berusaha Menghidupi Santo dan Santa 1 Tesalonika 4:1-8

weismeralda@gmail.com 17-Jul-2023 12:25:24

Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus. (1Tes. 4:7)

Istilah santo dan santa secara tradisional disematkan oleh gereja Katolik kepada seseorang yang terbukti menjalani hidup dengan suci atau kudus. Istilah ini secara etimologis berakar dari bahasa Yunani hagios yang lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sanctus (Ing: saint) yang bermakna suci atau kudus.

Kesucian, sanctification, santificatio, hagiosmos, itulah sikap hidup yang ditandaskan oleh Rasul Paulus untuk dihidupi oleh jemaat di Kota Tesalonika. Hidup kudus ini secara spesifik diarahkan untuk menghindari percabulan yang sedang marak di kota tersebut. Ajakan secara pastoral melalui surat ini penting untuk ditegaskan mengingat hubungan seksual bukan dengan pasangan suami istrinya menjadi hal yang wajar. Bahkan, praktik sesat percabulan ini menjadi bagian dari upacara keagamaan salah satu agama yang berlaku di daerah Tesalonika. Itulah mengapa kewaspadaan dan peringatan untuk menghindarinya perlu disampaikan. Paulus mengajak jemaat untuk memilih melakukan kehendak Allah secara khusus menjaga kekudusan hidup suami istri. Hidup menyenangkan hati Allah berarti hidup menghindari percabulan. Dengan menjaga kesucian hidup pernikahan, mereka memuliakan Roh Kudus yang tinggal di dalam hati tiap jemaat.

Panggilan mengusahakan hidup sebagai manusia yang berperilaku kudus juga menjadi bagian setiap kita. Menikah, lajang, atau tidak menikah, kita diajak memuliakan Tuhan dengan menjaga kekudusan hidup. [Pdt. Ayub Sektiyanto]

REFLEKSI:
Di dalam ketidaksempurnaan, setiap kita dipanggil hidup kudus. Mintalah Roh Kudus terus menemani komitmen kesucian kita.

Ayat Pendukung: Mzm. 92; Im. 26:3-20; 1Tes. 4:1-8
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.

Sumber: https://gkipi.org/berusaha-menghidupi-santo-dan-santa/