Lukas 11:42-46
“Tetapi celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu membayar persepuluhan dari selasih, inggu dan segala jenis sayuran, tetapi kamu mengabaikan keadilan dan kasih Allah. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. Celakalah kamu, hai orang-orang Farisi, sebab kamu suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan suka menerima penghormatan di pasar. Celakalah kamu, sebab kamu sama seperti kubur yang tidak memakai tanda; orang-orang yang berjalan di atasnya, tidak mengetahuinya.”
Seorang dari antara ahli-ahli Taurat itu menjawab dan berkata kepada-Nya: “Guru, dengan berkata demikian, Engkau menghina kami juga.” Tetapi Ia menjawab: “Celakalah kamu juga, hai ahli-ahli Taurat, sebab kamu meletakkan beban-beban yang tak terpikul pada orang, tetapi kamu sendiri tidak menyentuh beban itu dengan satu jari pun.”
***
Yesus sedang marah. Kemarahan ini terungkap dalam kata-kata kutuk yang diucapkan-Nya, “Celakalah kamu.” Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), “celaka” berarti mendapat kesulitan, kemalangan, kesusahan, dan kesialan. Jadi, kalau Yesus berseru kepada orang-orang, “Celakalah kamu,” berarti mereka akan mendapatkan kesulitan, kemalangan, kesusahan, dan nasib sial. Kalau orang disumpahi atau dikutuk celaka, artinya orang itu diharapkan mengalami hal atau situasi yang tidak baik seperti yang disebutkan di atas. Tentu saja kemarahan Yesus ini ada alasan yang sangat kuat.
Tiga kali Yesus menyerukan “celakalah kamu” kepada orang Farisi. Mereka disebut celaka karena mengabaikan keadilan dan kasih Allah, suka duduk di tempat terhormat, serta seperti kubur yang tidak mempunyai tanda. Apa maksudnya? Orang Farisi taat melaksanakan kewajiban agama sekadar sebagai ritual, sebagai formalitas belaka, dan hanya demi dilihat orang. Dengan begitu, pelaksanaan kewajiban agama bukan membawa pada pertobatan diri dan kebaikan kepada sesama, melainkan pada kesombongan. Parahnya lagi, mereka sepertinya taat beragama, tetapi malah mengabaikan keadilan dan kasih kepada sesama yang sebenarnya merupakan inti ajaran agama.
Sementara itu, ahli-ahli Taurat juga disebut celaka, sebab mereka suka memberi beban berat kepada orang lain, tetapi tidak untuk diri mereka sendiri. Baik orang Farisi maupun ahli Taurat sering menjebak orang untuk memikul beban hidup yang berat. Mereka banyak menuntut orang lain sampai kepada hal yang kecil-kecil, tetapi tidak menerapkan itu pada diri mereka sendiri. Orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang gila hormat. Mereka menempatkan segala sesuatu dalam sudut pandang pribadi. Termasuk ketika berhadapan dengan Tuhan pun, pusatnya tetaplah diri mereka sendiri. Kalau kita juga bersikap seperti itu, tentunya Yesus tidak akan berkenan kepada kita.