Matius 11:28-30
“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan.”
***
Segenap umat Katolik pasti sering mendengar sabda yang disampaikan Yesus dalam Injil Matius yang kita dengarkan hari ini, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Sabda ini menjadi pendorong bagi kita, umat beriman, untuk senantiasa datang kepada Yesus dan akhirnya mau memasrahkan segala sesuatunya kepada-Nya.
Merenungkan hal ini, saya teringat akan pengalaman di Ketapang saat mendengarkan kisah seorang ibu yang baru saja ditinggalkan oleh suaminya. Sang suami sakit diabetes dan akhirnya wafat. Beberapa kali ibu ini datang dan bercerita betapa ada rasa bersalah yang besar yang dialaminya, ada juga kerinduan yang mendalam terhadap sang suami. Setelah beberapa waktu lamanya ia menggulati pengalaman kehilangan ini, akhirnya ia belajar untuk mau datang kepada Tuhan.
Datang kepada Tuhan bukanlah sekadar datang di dalam doa. Datang di sini diartikan ada disposisi diri untuk mau berpasrah dan membiarkan Tuhan berkarya di dalam pergulatan hidup yang dialami seseorang.
Hidup kita tidak lepas dari pergulatan, namun kita sering enggan untuk datang kepada Tuhan. Kita merasa cukup kuat dan beranggapan bahwa datang kepada Tuhan tidak akan membuat perbedaan. Ibu yang saya ceritakan itu awalnya juga bersikap demikian. Ia masih mau menggenggam kenangan, rasa bersalah, serta kerinduannya. Namun, akhirnya ia menyadari bahwa keikhlasan dan kerelaan adalah jawabannya. Tuhan membuat semuanya baik dan indah.
Datang bersua dengan Tuhan tidak jarang terasa menakutkan bagi sejumlah orang, mungkin termasuk kita. Akan tetapi, Tuhan memberikan harapan jelas bahwa Ia akan selalu bersama dengan kita, melangkah bersama kita untuk bersama-sama berjuang. Jadi, janganlah takut untuk datang dan berpasrah kepada-Nya.
Marilah hari ini kita bertanya pada diri kita masing-masing: Sesering apa kita datang kepada Tuhan dan berpasrah kepada-Nya? Bagaimana pengalaman kita saat datang dan bersua dengan Tuhan?