Hati yang Bersih Mazmur 73:1-20 September 11, 2024
Sesungguhnya Allah itu baik terhadap orang yang tulus hatinya, terhadap mereka yang bersih hatinya. (Mzm. 73:1)
Pak Aming hidup di sebuah desa. Dia memiliki sebuah kebun kecil dan rumah sederhana. Jika waktu panen tiba, dia selalu membagikan hasil kebunnya kepada para tetangganya yang membutuhkan. Kadang dia juga membantu berbagai pekerjaan di rumah orang-orang tua di sekitarnya. Meskipun hidup dalam keterbatasan, Pak Aming tidak pernah mengeluh dengan keadaannya. Karena hatinya yang bersih, dia dapat berbagi kebaikan dengan tulus kepada orang-orang di sekitarnya.
Dalam alam pemikiran orang Ibrani, hati bukan hanya dipahami sebagai pusat emosi, tetapi juga sebagai pusat pikiran dan keinginan. Memiliki “hati yang bersih” berarti taat dan setia kepada Allah. Pemazmur bertanya-tanya, mengapa orang fasik kelihatannya mujur dan tetap sehat sedangkan orang yang setia pada Allah malah menderita. Namun dalam pergumulannya itu pemazmur tetap setia beribadah kepada Allah. Akhirnya ia mengerti apa yang akan terjadi pada orang fasik. Pilihannya untuk tulus dan bersih hati selama ini ternyata adalah pilihan yang tepat dan diberkati Allah.
Sama seperti menyapu ruangan perlu dilakukan setiap hari, membersihkan hati pun demikian. Firman Allah sudah teruji sepanjang zaman sebagai “sapu” yang membersihkan hati orang beriman. Kuasa Roh Kudus menolong kita untuk menjaga ketulusan dan kasih dalam kesetiaan pada kehendak Allah. Walaupun kelihatannya menggiurkan, pilihan menjadi orang fasik tidak akan mendatangkan kedamaian sejati bagi hidup. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah aku tetap taat dan setia kepada Allah dengan tulus hati?
Ayat Pendukung: Ams. 14:1-9; Mzm. 73:1-20; Mat. 17:14-21
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.