Iri Tanda Tak Mampu Yakobus 3:13-18 Januari 2, 2024
Sebab, di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. (Yakobus 3:16)
Aristoteles mendefinisikan iri hati sebagai rasa sakit saat melihat nasib baik orang lain dan digerakkan oleh “mereka yang memiliki apa yang seharusnya kita miliki”. Jadi, benarlah ungkapan “iri tanda tak mampu”. Kalau tidak terkendali, perasaan iri bisa mendorong kita melakukan tindakan atau perbuatan yang tidak baik bahkan menghilangkan nyawa orang lain.
Surat Yakobus menyatakan bahwa perasaan iri hati, mementingkan diri sendiri, memegahkan diri dan berdusta melawan kebenaran bukanlah merupakan hikmat yang datang dari Tuhan. Perbuatan-perbuatan itu lahir dari nafsu manusia yang dikuasai Iblis. Bahkan iri hati dan mementingkan diri sendiri bisa berakibat kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Yakobus mengungkapkan ada dua macam hikmat yaitu yang berasal dari dunia dan yang berasal dari Allah. Sebagai pengikut Kristus kita harus hidup dipimpin oleh hikmat dari Allah supaya ada dalam kemurnian, pendamaian, ramah, menjadi penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik. Dengan cara hidup itulah kita mampu menghasilkan damai sejahtera dalam kehidupan.
Mintalah dan miliki hikmat yang berasal dari Allah yang akan memampukan kita menjadi juru damai yang membawa kebenaran di mana pun kita berada. Jika demikian, kita tidak mampu lagi untuk iri hati tetapi justru akan hidup penuh dengan syukur senantiasa. [Pdt. Agus Gunawan]
REFLEKSI:
Sikap iri hati mengaburkan pandangan dan hati kita pada kebenaran bahwa hidup kita selalu dipelihara dan diberkati Tuhan.
Ayat Pendukung: Ams. 1 :1-7; Mzm. 148; Yak. 3 : 13-18
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.