Jalan Ninja Murid Yesus Jumat, 8 Agustus 2025 – Peringatan Wajib Santo Dominikus

weismeralda@gmail.com 08-Aug-2025 09:00:36

Matius 16:24-28

Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku. Karena barangsiapa mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. Apa gunanya seorang memperoleh seluruh dunia tetapi kehilangan nyawanya? Dan apakah yang dapat diberikannya sebagai ganti nyawanya? Sebab Anak Manusia akan datang dalam kemuliaan Bapa-Nya diiringi malaikat-malaikat-Nya; pada waktu itu Ia akan membalas setiap orang menurut perbuatannya. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya di antara orang yang hadir di sini ada yang tidak akan mati sebelum mereka melihat Anak Manusia datang sebagai Raja dalam Kerajaan-Nya.”

***

Dalam berbagai anime Jepang, seorang ninja digambarkan sebagai pribadi yang setia dan ulet. Ia berdisiplin tinggi dan menghidupi semangat pengorbanan tanpa pamrih demi tujuan yang lebih besar. Seorang ninja tidak hidup untuk dirinya sendiri. Ia berlatih dalam keheningan, setia pada misi, dan tidak mencari pujian. Kehidupan harian para ninja memang selalu tersembunyi, tetapi penuh kedisiplinan.

Penginjil Matius hari ini mempertemukan kita dengan nasihat Yesus yang tegas dan menantang. Yesus tidak menawarkan jalan yang mudah, dan tidak menjanjikan kenyamanan atau popularitas. Sebaliknya, Ia mengundang kita untuk menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti-Nya. Ini bukan sekadar nasihat rohani, melainkan sebuah panggilan untuk hidup dalam ketaatan dan kasih yang radikal. Jalan Kristus bukan tentang kenyamanan dan popularitas, melainkan tentang kasih, pengorbanan, dan hidup yang sejati. Inilah jalan ninja seorang murid Yesus.

Berkaitan dengan itu, ada dua kata kunci yang disampaikan Yesus, yakni menyangkal diri dan memikul salib. Menyangkal diri bukan berarti membenci diri sendiri, melainkan menempatkan kebaikan bersama di atas kehendak pribadi. Ini adalah panggilan untuk membebaskan diri dari ego, ambisi pribadi, dan kenyamanan demi mengikuti jalan kasih Kristus yang penuh pengorbanan namun membebaskan. Dalam kehidupan sehari-hari, ajakan ini bisa diwujudkan lewat kesediaan untuk melayani tanpa pamrih, mengampuni meskipun sering kali terasa sulit, dan kesetiaan dalam tanggung jawab kecil tanpa mengharapkan tepuk tangan dan pujian dari orang lain. Seperti seorang ninja yang berlatih dalam keheningan, kita dipanggil untuk setia dan tekun, bahkan ketika tidak ada yang melihat.

Sementara itu, memikul salib bukan hanya sekadar menerima penderitaan, melainkan memilih untuk setia kepada kebenaran, kasih, dan pengampunan, bahkan ketika itu tidak menguntungkan atau menyakitkan. Salib tersebut bisa berupa pengampunan yang berat, kesetiaan dalam relasi yang sulit, atau keberanian untuk menolak kompromi demi integritas iman. Salib-salib kecil setiap hari bisa berupa kesabaran, kerendahan hati, dan pengendalian diri. Dalam semua itu, Yesus tidak sekadar meminta, tetapi terlebih dahulu telah memberi kita teladan.

Di tengah dunia yang mengagungkan kesenangan instan dan kebebasan tanpa batas, nasihat Yesus itu terdengar kontras, bahkan menantang. Dalam mengikuti Dia, kita dituntut untuk peka, berani dalam mengambil keputusan, dan rendah hati untuk mau dibentuk. Kasih sejati bukan soal perasaan, melainkan tindakan. Seperti para ninja yang bekerja secara tersembunyi, kita pun dipanggil untuk menjadi terang dalam kegelapan dunia meski tanpa tepuk tangan dan gemuruh pujian. Mengikuti Yesus berarti siap menghadapi tantangan, ditolak, dan disalahpahami, namun tetap berjalan dalam kasih dan tekun dalam perbuatan baik. Apakah kita bersedia hidup seperti ninja dalam mengikuti Yesus, dalam arti setia, memberi tanpa pamrih, dan tetap berjalan meski tidak terlihat?