Ia telah menugaskan kami memberitakan kepada seluruh bangsa itu, dan bersaksi bahwa Dialah yang ditentukan Allah menjadi Hakim atas orang-orang hidup dan orang-orang mati. (Kis. 10:42)
Kornelius adalah seorang non-Yahudi yang saleh dan takut akan Allah. Ia banyak memberi sedekah, namun bagi orang Yahudi, ia tidak layak diajak bergaul. Menarik untuk dicermati, bahwa Tuhan mempertemukannya dengan Petrus. Petrus menjumpai Kornelius di rumahnya bahkan bermalam. Petrus bercakap-cakap dengan Kornelius dan bersaksi bahwa Tuhan menunjukkan kepadanya bahwa ia tidak boleh menyebut seorang pun tidak tahir atau najis (ay. 28). Petrus tidak bersikap eksklusif terhadap anugerah yang ia terima dari Tuhan, ia menerima anugerah itu dengan pertama-tama membuka diri dan mau menginap di rumah Kornelius.
Anugerah keselamatan sering kali hanya berhenti pada diri kita. Kita menjadi begitu eksklusif, sehingga kita tidak mau bergaul dan membuka diri terhadap orang lain. Saat kita mau membuka ruang kehidupan kita untuk orang lain bahkan yang dianggap berbeda, sebenarnya kita sedang memberi ruang untuk orang lain itu juga merasakan anugerah keselamatan dari Tuhan. Saat kita bersikap begitu eksklusif, maka keselamatan kita peluk hanya menjadi milik kita dan kita tidak mau mengajak orang lain mencicipi keselamatan dari Tuhan.
Saya ingat dulu ketika kakek saya masih hidup, ia pergi ke gereja dengan seorang tukang becak langganan, karena kakek saya sukar untuk berjalan. Sepanjang perjalanan kakek saya sering bercerita tentang imannya kepada tukang becak tersebut. Kakek saya meninggal dan tukang becak itu menerima Yesus sebagai Juru selamatnya. Mari memperkenalkan berita keselamatan dalam keseharian. [Pdt. Cordelia Gunawan]
REFLEKSI:
Perkenalkanlah anugerah keselamatan kepada sekitar melalui hidup kita.
Ayat Pendukung: Yes. 42:5-9; Mzm. 98; Kis. 10:34-43
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.