Jangan Jadi Penyesat Matius 18:6-9 Oktober 2, 2024
Celakalah dunia dengan segala hal yang menyebabkan orang berdosa! Memang hal-hal itu harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya. (Mat. 18:7)
Pada suatu pagi, seorang ibu asrama terkejut sebab ia disapa oleh seorang penghuni baru asrama dengan kalimat, “Ibu segowon!”. Kata segawon dalam bahasa Jawa artinya anjing. Menyapa ibu asrama dengan kata segawon, berarti mengumpat atau mengatainya sebagai anjing. Tampaknya mahasiswa dari Sumatra ini dengan polos meminta diajari mengucapkan “Selamat pagi!” dalam bahasa Jawa, tetapi temannya malah usil menyesatkannya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita menjumpai penyesatan dalam berbagai bentuk. Kata menyesatkan berasal dari kata Yunani skandalizw, yang artinya menyebabkan orang lain jatuh dalam dosa. Ini berarti orang itu mengajarkan ajaran yang sesat atau salah. Tuhan Yesus memberikan teguran keras bagi mereka yang menyesatkan orang lain. Secara serius Tuhan Yesus memperingatkan agar tak seorang pun menjadi penyesat. Kita harus bertanggung jawab atas tindakan dan kata-kata yang kita ucapkan serta mempertimbangkan dampaknya bagi orang lain. Kita seharusnya menyelamatkan orang lain dari kesesatan, bukan malah menyesatkannya.
Bapa di surga tak ingin kehilangan anak-anak-Nya. Oleh karena itu Dia memanggil kita berbalik dari dosa dan hidup dalam kebenaran. Mari mengambil kesempatan ini dengan bertobat, hidup sesuai kehendak-Nya, menjaga hati nurani kita tetap bersih dan tidak menjerumuskan orang lain ke dalam dosa. [Pdt. Sri Agus Patnaningsih]
DOA:
Bapa Surgawi, bantulah kami untuk mempertanggungjawabkan kata-kata dan tindakan kami agar tidak menyesatkan orang lain. Amin.
Ayat Pendukung: Est. 8:1-17; Mzm. 140; Mat. 18:6-9
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.