Jangan Langsung Percaya
Hoax (berita bohong) dan twisting (berita yang dipelintir) rupanya terus bermunculan mengingat kemudahan sarana penyampaian informasi melalui internet dan media sosial. Karena itu, kita perlu cermat supaya jangan langsung termakan oleh para pengacau yang mengaburkan fakta, data, dan berita yang benar.
Sudah sejak lama umat Allah diganggu oleh nabi-nabi palsu dan guru-guru palsu. Nilai-nilai kebenaran dipelintir demi keuntungan diri sendiri. Mereka lihai menyesatkan orang-orang percaya. Bukannya mengajarkan bagaimana mengendalikan hawa nafsu demi ketaatan kepada Allah, mereka malah hidup dalam keserakahan, perilaku tercela, dan kebohongan. Allah akan menindak mereka dengan tegas. Petrus juga mengajak orang-orang percaya mewaspadai dan memberi tanggapan balik yang tegas kepada para penyesat ini.
Sikap kritis dan waspada di tengah berlimpahnya informasi karena kemajuan teknologi penting untuk kita hidupi sebagai gereja Tuhan pada masa kini. Salah satu cara untuk bersikap kritis ialah berani mempertanyakan dan melakukan konfirmasi. Misalnya: Apakah ada kesesuaian antara apa yang diajarkan dan dilakukan si pengajar dalam keseharian hidup? Apakah Alkitab ditafsirkan secara benar, utuh, dan sejalan dengan pengakuan iman gereja universal? Apakah seluruh nilai yang diajarkan Kristus dalam Injil-Injil menjadi fokus utama pengajaran? Cermati, jangan langsung percaya! [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah kita cermat untuk mengenali kepalsuan yang berpotensi menghancurkan kebenaran dalam hidup kita?
Ayat Pendukung: Mzm. 14; Yer. 4:1-10; 2Ptr. 2:1-10a
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.