Jangan seperti Kacang yang Lupa akan Kulitnya Jumat, 12 Januari 2024 – Hari Biasa Pekan I

weismeralda@gmail.com 12-Jan-2024 08:54:10



1 Samuel 8:4-7, 10-22a

Sebab itu berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel di Rama dan berkata kepadanya: “Engkau sudah tua dan anak-anakmu tidak hidup seperti engkau; maka angkatlah sekarang seorang raja atas kami untuk memerintah kami, seperti pada segala bangsa-bangsa lain.” Waktu mereka berkata: “Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,” perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.”

Dan Samuel menyampaikan segala firman TUHAN kepada bangsa itu, yang meminta seorang raja kepadanya, katanya: “Inilah yang menjadi hak raja yang akan memerintah kamu itu: anak-anakmu laki-laki akan diambilnya dan dipekerjakannya pada keretanya dan pada kudanya, dan mereka akan berlari di depan keretanya; ia akan menjadikan mereka kepala pasukan seribu dan kepala pasukan lima puluh; mereka akan membajak ladangnya dan mengerjakan penuaian baginya; senjata-senjatanya dan perkakas keretanya akan dibuat mereka. Anak-anakmu perempuan akan diambilnya sebagai juru campur rempah-rempah, juru masak dan juru makanan. Selanjutnya dari ladangmu, kebun anggurmu dan kebun zaitunmu akan diambilnya yang paling baik dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawainya; dari gandummu dan hasil kebun anggurmu akan diambilnya sepersepuluh dan akan diberikannya kepada pegawai-pegawai istananya dan kepada pegawai-pegawainya yang lain. Budak-budakmu laki-laki dan budak-budakmu perempuan, ternakmu yang terbaik dan keledai-keledaimu akan diambilnya dan dipakainya untuk pekerjaannya. Dari kambing dombamu akan diambilnya sepersepuluh, dan kamu sendiri akan menjadi budaknya. Pada waktu itu kamu akan berteriak karena rajamu yang kamu pilih itu, tetapi TUHAN tidak akan menjawab kamu pada waktu itu.”

Tetapi bangsa itu menolak mendengarkan perkataan Samuel dan mereka berkata: “Tidak, harus ada raja atas kami; maka kami pun akan sama seperti segala bangsa-bangsa lain; raja kami akan menghakimi kami dan memimpin kami dalam perang.” Samuel mendengar segala perkataan bangsa itu, dan menyampaikannya kepada TUHAN. TUHAN berfirman kepada Samuel: “Dengarkanlah permintaan mereka dan angkatlah seorang raja bagi mereka.” 

***

Orang Israel melalui para tua-tua meminta raja kepada Samuel. Mereka tidak puas dengan kepemimpinan anak-anak Samuel karena mengejar laba, menerima suap, dan memutarbalikkan keadilan. Sekalipun kesal, Samuel tetap menyampaikan permintaan itu kepada Tuhan. Orang Israel ingin menjadi seperti bangsa-bangsa lain yang diperintah oleh raja. Mereka bukan menolak Samuel, melainkan menolak Allah. Mereka tidak ingin diperintah oleh-Nya. Samuel sempat memperingatkan mereka tentang konsekuensi yang akan mereka tanggung jika diperintah oleh raja. Namun, orang-orang itu tetap memaksakan keinginan mereka.

Israel seperti kacang yang lupa akan kulitnya. Ingatan mereka begitu pendek. Mereka lupa bahwa dahulu pernah menjadi budak, ditindas, dan dibuang. Selama ini mereka bisa bertahan dari serangan lawan karena Allah membela dan menolong mereka. Dengan sabar dan setia, Allah melindungi Israel dari para lawan. Samuel dengan setia pula memimpin Israel di bawah bimbingan Allah. Namun, meskipun kasih dan kesetiaan Allah sedemikian besar, mereka tetap tidak merasa puas. Berhadapan dengan umat yang bersikap seperti itu, Allah memilih untuk bersikap sabar.

Bukankah kita juga mempunyai kecenderungan seperti orang-orang Israel itu? Ada saatnya kita memaksakan keinginan kepada Tuhan. Kita tidak menghiraukan sapaan-sapaan atau peringatan-peringatan yang Tuhan berikan. Ketika apa yang kita alami tidak sesuai dengan yang kita inginkan, kita mengatakan bahwa Tuhan tidak adil. Dari sanalah penderitaan dan kehancuran kita berawal, yaitu dari sikap tidak tahu terima kasih kepada Allah, sang pemberi hidup.

Mampukah kita keluar dari kecenderungan itu? Manusia sendiri tidak akan mampu. Untuk keluar dari sikap-sikap buruk itu, pertama-tama kita harus mengakui bahwa Allah adalah sumber segala kebaikan yang kita terima dalam hidup. Allahlah yang berkuasa atas hidup kita dan dari Allah, kita semua berasal. Kita bisa menjadi versi terbaik diri kita karena bantuan rahmat Allah.

Dari kisah bangsa Israel ini, kita tidak hanya mengenal kecenderungan buruk manusia, tetapi juga mengenal siapa Allah kita. Seperti diungkapkan oleh pemazmur: “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang sabar dan berlimpah kasih setia … Tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita, tetapi setinggi langit di atas bumi, demikian besarnya kasih setia-Nya atas orang-orang yang takut akan Dia; sejauh timur dari barat, demikian dijauhkan-Nya dari kita pelanggaran kita. Seperti bapa sayang kepada anak-anaknya, demikian TUHAN sayang kepada orang-orang yang takut akan Dia” (Mzm. 103:8-13).

Sumber: https://www.lbi.or.id/2024/01/12/jangan-seperti-kacang-yang-lupa-akan-kulitnya/