Dan jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan kamu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (1Kor. 15:17)
Jantung iman Kristen adalah kebangkitan Kristus, bukan hanya wafat-Nya. Kematian Kristus menjadi bermakna karena Ia bangkit. Dengan bangkit dari kematian, Kristus membuktikan bahwa Ia adalah Sang Ilahi. Ia adalah Sang Firman Allah sehakikat dengan Bapa dan Roh Kudus. Beriman dan bersekutu dengan Kristus menjadikan setiap umat akan dihisabkan ke dalam rahmat Allah yang menyelamatkan. Iman kepada Kristus memberikan kepastian dan jaminan keselamatan.
Problemnya, dalam sejarah tidak ada manusia yang bangkit dari kematian. Semua filsuf dan nabi-nabi mengalami kematian. Peristiwa kebangkitan dianggap sebagai sesuatu yang absurd (konyol, mustahil, aneh). Kebangkitan Kristus merupakan peristiwa ilahi yang suprarasional (melampaui pengertian) manusia. Tubuh kebangkitan Kristus adalah tubuh kemuliaan-Nya sebagai Anak Allah. Di dalam Kristus tersedia keselamatan, pengampunan dosa, dan pendamaian yang sempurna.
Orientasi hidup kita akan terarah kepada daya kematian apabila tidak dilandasi oleh kuasa kebangkitan Kristus. Manifestasi daya kematian ditandai oleh sikap yang mudah putus asa, tidak visioner, mengasihani diri sendiri dan tergantung pada orang lain. Sebaliknya, di dalam kebangkitan Kristus, setiap umat mengalami kehidupan yang berkualitas, produktif, kreatif, dan memberkati orang-orang di sekitar. Kita juga akan makin menghargai “kebertubuhan” dengan hidup sehat, mengelola waktu, dan menjaga kemurnian serta kekudusan. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Bapa Yang Mahabaik, mampukanlah kami menghidupi kuasa kebangkitan Kristus sehingga hidup kami senantiasa menjadi berkat. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 114; Hak. 6:36-40; 1Kor. 15:12-20
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.