Karena Anugerah Allah Saja
“Perhatikan dan sayangilah Sang Pemberi Berkah, bukan pemberian-pemberian-Nya.” Untaian kalimat ini pernah saya lihat di belakang bak sebuah truk barang. Jenis hurufnya mudah terbaca. Dilengkapi gambar sekarung uang yang sedang diduduki seorang lelaki muda yang sedang tertunduk, didampingi sesosok malaikat.
Seorang pemimpin yang mendatangi Tuhan Yesus menyangka bahwa ia dapat memperoleh hidup yang diperkenan Allah dengan upayanya sendiri. Keinginan untuk mendapatkannya kuat sekali. Padahal, kehidupan kekal hanya mungkin diperoleh jika Allah memberikannya. Ketika ditantang untuk memberikan semua yang dimiliki untuk dibagikan kepada orang miskin, si pemimpin itu sangat sedih. Kepemilikannya telah mengikat dirinya. Mungkin dia lupa bahwa dirinya lebih berharga ketimbang apa yang dimilikinya.
Dalam Kerajaan Allah yang dihadirkan Kristus, semua hal harus berpusat dan berawal dari Allah. Keselamatan dan berkat adalah anugerah pemberian-Nya; tidak mungkin didapatkan dengan kemampuan dan kekuatan diri kita sendiri. Bagian kita adalah memberikan diri kita seutuhnya, baik kelebihan dan kelemahan yang ada, untuk diperbarui oleh Kristus. Dalam pemberian diri itulah kita akan segera menyadari bahwa kita sudah begitu banyak mendapatkan yang baik dari Allah. Kita akan kagum bahwa banyak kemungkinan yang tidak pernah dapat kita peroleh tanpa-Nya, ternyata sudah dan akan diberikan-Nya. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah kita bersedia memberikan diri kita kepada Kristus?
Ayat Pendukung: Mzm. 2; Yer. 20:1-18; Luk. 18:18-30
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.