Konsistensi Adalah Kunci Yeremia 18:1-11
Tetapi apabila bangsa yang terhadap siapa Aku berkata demikian telah bertobat dari kejahatannya, maka menyesallah Aku, bahwa Aku hendak menjatuhkan malapetaka yang Kurancangkan itu terhadap mereka. (Yer. 18:8)
Menumbuk di periuk, bertanak di lesung. Peribahasa ini memiliki arti melakukan sesuatu yang menyalahi apa yang seharusnya atau apa yang dipandang baik. Periuk adalah salah satu peralatan dapur yang terbuat dari tanah liat atau logam dan memiliki fungsi menanak nasi. Meskipun lebih lama proses menanaknya, tetapi periuk membuat nasi lebih pulen, teksturnya lebih muncul, dan nasi tidak cepat berair lalu basi. Pada masa kini periuk sudah jarang ditemui, apalagi dipakai. Tergeser oleh teknologi bernama rice cooker. Cepat dan praktis.
Yeremia diminta Allah untuk menjumpai tukang periuk. Pada zaman itu, tukang periuk adalah profesi yang mudah dijumpai di berbagai sudut kota. Allah menunjukkan bagaimana Ia membentuk Israel di tangan-Nya melalui contoh tukang periuk. Bangsa ini laiknya bejana di tangan tukang periuk. Segala kuasa di tangan Allah. Membentuk, meruntuhkan, membangun ada sepenuhnya di tangan Allah. Karena itu, Allah menuntut ketaatan yang konsisten seperti bejana di tangan tukang periuk. Pertobatan dari pelanggaran harus terus diupayakan. Hidup baik dan benar dilakukan tidak hanya dalam kurun waktu tertentu, tetapi terus menerus. Konsisten hidup benar sebagai bangsa pilihan.
Sebagai bejana di tangan Allah, Sang Tukang Periuk Agung, kita selayaknya hidup setia dan taat. Ketaatan dan konsistensi dalam proses pembentukan, menjadi kunci. Hidup beribadah yang menjadi ekspresi iman perlu terus diimbangi dengan ibadah dalam hidup keseharian. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Pembentukan iman tidak selalu menyenangkan. Kesetiaan pada setiap proses yang Allah berikan, akan meneguhkan dan menguatkan.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:161-168; Yer. 18:1-11; Mat. 11:20-24
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.