Matius 15:29-37
Setelah meninggalkan daerah itu, Yesus menyusur pantai Danau Galilea dan naik ke atas bukit lalu duduk di situ. Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya. Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.
Lalu Yesus memanggil murid-murid-Nya dan berkata: “Hati-Ku tergerak oleh belas kasihan kepada orang banyak itu. Sudah tiga hari mereka mengikuti Aku dan mereka tidak mempunyai makanan. Aku tidak mau menyuruh mereka pulang dengan lapar, nanti mereka pingsan di jalan.” Kata murid-murid-Nya kepada-Nya: “Bagaimana di tempat sunyi ini kita mendapat roti untuk mengenyangkan orang banyak yang begitu besar jumlahnya?” Kata Yesus kepada mereka: “Berapa roti ada padamu?” “Tujuh,” jawab mereka, “dan ada lagi beberapa ikan kecil.” Lalu Yesus menyuruh orang banyak itu duduk di tanah. Sesudah itu Ia mengambil ketujuh roti dan ikan-ikan itu, mengucap syukur, memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada murid-murid-Nya, lalu murid-murid-Nya memberikannya pula kepada orang banyak. Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, tujuh bakul penuh.
***
Saya kagum dengan Albertus Gregory Tan, anak muda yang punya concern terhadap pembangunan gedung gereja dan pendidikan anak-anak. Hal ini telah menjadi misinya kira-kira sejak tahun 2011 sampai sekarang. Misi Albert ini lahir dari perjumpaan dengan umat yang dilayaninya dalam salah satu kesempatan. Ia melihat kesulitan umat dan hatinya tergerak. Ia mengikuti gerakan hati itu walau menghadapi banyak kesulitan. Namun, Tuhan membuka jalan, sehingga niat baiknya terwujud. Banyak umat di pelbagai daerah akhirnya bisa memiliki gedung gereja yang layak dan bisa merayakan Ekaristi dengan aman.
Hati yang tergerak selalu lahir dari perjumpaan. Tentunya, perjumpaan tersebut berisi komunikasi yang penuh empati, di mana seseorang mendengarkan dan membatinkan pengalaman orang lain. Hatinya lalu tergerak dan ia melakukan sesuatu. Proses ini disebut proses gerakan hati, di mana hati melihat, mendengar, berbelarasa, dan akhirnya bertindak. Buah dari gerakan hati adalah misi yang menjadi aksi nyata.
Proses itulah yang sebenarnya dilakukan oleh Yesus. Karena selalu berjumpa dengan banyak orang, Ia melihat ketimpangan sosial dan merasakan penderitaan mereka. Ia pun berkenan berbagi meja makan dengan para pendosa. Di dalam perjumpaan-perjumpaan itu, Yesus berkomunikasi dengan penuh empati. Oleh karena itulah hati-Nya tergerak oleh belas kasihan. Ia lalu menyembuhkan orang sakit dan memberi makan banyak orang. Dalam bertindak, Yesus tidak bekerja sendirian. Ia melibatkan orang lain, secara khusus para rasul, sehingga mereka bisa belajar dari-Nya.
Kita mungkin mudah tergerak hati ketika menyaksikan banyak hal di sekitar kita. Ada keinginan untuk menolong sesama. Namun, sering kali kita memilih untuk diam atau mengubur niat itu karena alasan-alasan yang dipenuhi ketakutan. Kita perlu menyadari bahwa belas kasihan selalu menuntut aksi yang konkret. Yesus mengajarkan kita untuk berani melakukan sesuatu yang berdampak bagi orang-orang di sekitar kita. Marilah kita melakukan sesuatu yang berdampak. Tuhan senantiasa menyertai misi baik kita. Jangan ragu, lakukanlah sesuatu pada Masa Adven ini.