MANUSIA BARU Kolose 3:5-11
… dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya …. (Kol. 3:10)
Manusia luhur atau unggul dalam pemikiran Confusius adalah apabila ia melakukan “kebajikan” (ren). Manusia luhur itu disebut chün-tzu. Apakah “manusia luhur” (chün-tzu) sama dengan manusia baru? Secara dasariah makna manusia baru adalah mampu mematikan semua hawa nafsu dan keinginan yang liar. Kolose 3:5 memberi nasihat agar umat percaya mematikan segala sesuatu yang duniawi, yaitu: percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan keserakahan. Para pelaku ini digolongkan sebagai penyembah berhala. Manusia luhur berkorelasi dengan manusia baru, tetapi tidaklah identik.
Manusia baru, di dalam iman Kristen, hanya akan terjadi jika setiap umat bersekutu dengan Kristus yang telah bangkit. Persekutuan dengan Kristus akan mengubah mindset atau pola pikir dan batin manusia kepada kehendak Allah. Dampaknya ialah umat akan menanggalkan karakter dan pola hidup manusia lama. Kemudian, akan mengalami proses pertumbuhan yang terus-menerus sebagai manusia baru (Kol. 3:10). Makna “manusia baru” bersifat dinamis dan progresif yang ditandai oleh proses pembaruan dengan model Kristus.
Nilai-nilai “manusia baru” di dalam Kristus yang bangkit menjadi landasan kita membangun relasi antar anggota keluarga, persahabatan, kehidupan berjemaat, dan pekerjaan. Saat kita bebas dari nilai-nilai manusia lama yang duniawi, maka seluruh relasi dengan sesama menjadi kudus. Kita menjadi makin manusiawi dalam cinta kasih, kebajikan, dan kebenaran. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Roh Kudus Allah, ubahlah batin dan karakter kami menjadi manusia baru yang telah dinyatakan di dalam kebangkitan Kristus. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 118:1-2, 14-24; Kel. 14:10-31; 15:20-21; Kol. 3:5-11
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/manusia-baru/