Mengendalikan Perilaku Dan Pikiran
“… jika engkau tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda ….” (Kej. 4:7)
Kisah Kain dan Habel adalah tragedi kemanusiaan paling awal dalam kanon Alkitab. Tragedi dua saudara kandung ini juga menjadi cerita masa kanak-kanak umat Kristen di Sekolah Minggu. Alih-alih menjinjing narasi persembahan Kain dan Habel hingga dewasa, perikop ini menyingkap dosa penyebab kekerasan dalam rumah tangga, pikiran baik dan pikiran jahat, perilaku dan nurani, akal bulus dan niat baik manusia. Intinya, dosa terlihat dalam perbuatan dan tersembunyi dalam benak.
Firman Tuhan tidak menyatakan bahwa benak lebih berperan ketimbang perbuatan atau sebaliknya. Kisah Kain dan Habel adalah narasi kemanusiaan paling dasar bahwa ia, mereka, saya, atau kita, memiliki sisi baik dan sisi jahat. Firman Tuhan menegaskan bahwa asal muasal pikiran dan perbuatan, baik atau jahat, adalah dosa. Di dalam keberdosaannya, manusia mengetahui adanya pilihan bebas untuk melakukan yang baik dan yang jahat (Kej. 3:5). Artinya, manusia selalu terbuka memilih berperilaku dan berpikiran baik atau jahat.
Firman Tuhan mengingatkan bahwa muka akan berseri jika berbuat baik. Namun, jika tidak berbuat baik, dosa sudah mengintip di depan pintu; ia sangat menggoda. “Engkau harus berkuasa atasnya,” firman Tuhan. Setelah menyadari pilihan bebas itu, maka kita sendiri bertanggung jawab dalam mengendalikan perilaku dan pikiran, membuahkan dosa menjadi kejahatan atau berbuat baik, hidup berguna atau membebani masyarakat. [Pdt. (Em.) Rasid Rachman]
DOA:
Pimpinlah saya, ya Allah, mengendalikan perilaku dan pikiran untuk melakukan kebaikan. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 32; Kej. 4:1-16; Ibr. 4:14-5:10
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/mengendalikan-perilaku-dan-pikiran/