Menghitung Kebaikan Allah? Mazmur 40:2-9
Banyaklah yang telah Kaulakukan, ya TUHAN, Allahku, perbuatan-Mu yang ajaib dan maksud-Mu untuk kami. Tidak ada yang dapat disejajarkan dengan Engkau! Aku mau memberitakan dan mengatakannya, tetapi terlalu besar jumlahnya untuk dihitung. (Mzm. 40:6)
Bisakah kita menghitung kebaikan orangtua kita? Dengan jujur dan rendah hati kita akan mengatakan tidak mungkin. Begitu banyak kebaikan yang telah orangtua kita lakukan pada kita sejak kita masih bayi hingga kita dewasa. Padahal, orangtua kita juga adalah manusia seperti kita yang juga tidak sempurna.
Tepatlah apa yang dikatakan oleh pemazmur bahwa Allah yang disembahnya adalah Allah yang telah melakukan banyak perbuatan dalam kehidupannya. Demikian banyaknya sehingga pemazmur mengakui bahwa tidak mungkin ia menghitungnya. Tidak sekejap pun Allah jauh darinya. Segala yang Allah perbuat maupun kehendaki senantiasa untuk kebaikan umat-Nya. Pemazmur telah mengalami sendiri hal itu.
Kalau kita tidak mampu menghitung dan mengingat segala kebaikan orangtua kita terhadap kita, terlebih lagi menghitung dan mengingat setiap dan semua kebaikan Allah kepada kita, yang kita terima seumur hidup kita sampai detik ini. Bila kita menyadari hal ini, apa yang akan muncul dalam diri kita? Bisa jadi banyak hal. Misalnya, kebaikan-kebaikan-Nya di masa lalu menjadi suatu janji bagi kita, untuk hari depan kita, sehingga iman kita akan makin diteguhkan. Bersamaan dengan itu, pengharapan kita juga akan dikokohkan karena kita yakin Tuhan selalu peduli pada kehidupan dan masa depan kita. Pada akhirnya, kita juga akan mengucap syukur kepada-Nya senantiasa. [Pdt. Mungki A. Sasmita]
DOA:
Sungguh tak terhingga ungkapan syukur kami kepada-Mu, ya Allah, atas segala kebaikan dan kesetiaan-Mu yang tak terhingga dalam kehidupan kami. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 40:2-9; Im. 15:25-31; 22:1-9; 2Kor. 6:14-7:2
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.