MISTIKISME 1 Yohanes 4:1-6
… setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah….(1Yoh. 4:2)
Mistik kerap kali dipahami sebagai klenik, jauh dari kebenaran Alkitab, tidak rasional, dan karena itu harus ditinggalkan. Menurut KBBI, mistik berarti mengalami atau merasakan kehadiran Allah. Pdt. Daniel Listijabudi dalam bukunya Bergulat di Tepian memberi jelas bahwa sebagai pemahaman teologis, mistikisme setepatnya mempercakapkan pengalaman berjumpa Tuhan secara intim yang terjadi melalui keseharian hidup manusia. Alih-alih mengawang dan jauh, teologi mistik mengajak kita makin merasakan Tuhan dalam relasi yang akrab.
Pengenalan intim yang mewujud pada pengakuan bahwa Yesus adalah Allah sepenuhnya dan manusia seutuhnya, lahir dari pertolongan Roh Kudus. Pengakuan atas kesatuan hakikat Yesus ini tidak sekadar doktrin kaku, tetapi lahir dari alir hati yang mengalami Allah. Pengalaman mistik inilah yang ditekankan oleh Yohanes dalam suratnya. Hati yang mengakui kesatuan hakikat Yesus, justru hadir melalui pemaknaan atas keseharian. Mengalami hakikat Yesus tak harus melalui pengalaman spektakuler. Pukauannya justru terletak pada Roh Allah yang menggerakkan banyak orang untuk mendengarkan perkataan Allah yang hadir melalui setiap utusan-Nya.
Berbicara Roh Allah atau Roh Kudus, kerap dimaknai secara sempit hanya pada sesuatu yang mencengangkan, memukau rasa dan memikat mata. Mistikisme memberi cara pandang yang berbeda. Rutinitas, kebiasaan, dan hidup normal biasa, juga dipakai Allah untuk menjumpai kita. Merasakan kehadiran Allah melalui keseharian. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Waktu perlu diluangkan untuk bertemu Tuhan. Maknai dan namai tiap pengalaman keseharian sebagai bagian mengalami Tuhan.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:161-168; 1Raj. 21:17-29; 1Yoh. 4:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/mistikisme/