Murka Allah Yesaya 51:17-23
eginilah firman Tuhanmu, TUHAN, Allahmu yang memperjuangkan perkara umat-Nya: “Sesungguhnya, Aku mengambil dari tanganmu piala dengan isinya yang memusingkan, dan isi cangkir kehangatan murka-Ku tidak akan kauminum lagi. (Yes. 51:22)
Orangtua yang menyayangi anaknya kadang bisa juga marah kepada anaknya, ketika sang anak tidak taat kepada orangtuanya dan terus menerus mengabaikan orangtuanya, meski sudah berulangkali diperingatkan. Itulah yang terjadi pada umat Allah dalam Yesaya 51. Allah memang bukan orangtua yang temperamental dan suka marah secara membabi-buta kepada umat-Nya tanpa alasan yang jelas. la adalah orangtua yang penuh kasih. Namun itu tidak berarti bahwa la akan mendiamkan begitu saja sikap dan perilaku umat-Nya yang sudah keterlaluan, melewati batas.
Jika sampai Allah marah kepada kita, maka itu pasti bukan saja karena ia ingin mendidik kita agar kembali ke jalan yang benar, tapi juga karena sikap dan perilaku kita sudah keterlaluan, kelewat batas. la adalah Allah yang maha kasih, tapi la juga adalah Allah yang maha adil dan la tidak akan begitu saja menghapuskan konsekuensi dari dosa yang kita lakukan. Semua tindakan, baik maupun buruk, senantiasa membawa konsekuensi. lnilah cara Allah mendidik kita ketika kita terus menerus berkubang dalam dosa dan tidak mau bertobat.
Namun, Allah juga bukan orangtua yang terus memendam amarah tanpa ampun. Sebagaimana kasih Allah senantiasa dibatasi oleh keadilan-Nya, demikian pula keadilan Allah senantiasa dibatasi oleh kasih-Nya. la bisa marah ketika kita mengabaikan ajaran-Nya dan hidup dalam dosa. Tapi la juga selalu berkenan menerima kita kembali ke dalam pelukan-Nya ketika kita bertobat. [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Ya Bapa, tolong kami untuk tidak membuat diri-Mu marah. Terima kasih karena kasih-Mu selalu melampaui murka-Mu. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 145:8-9, 14-21; Yes. 51:17-23; Rm. 9:6-13
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/murka-allah/