Matius 7:15-20
“Waspadalah terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepadamu dengan menyamar seperti domba, tetapi sesungguhnya mereka adalah serigala yang buas. Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Dapatkah orang memetik buah anggur dari semak duri atau buah ara dari rumput duri? Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik. Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api. Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka.”
***
Gambaran tentang nabi palsu dapat kita temukan dalam Kitab Ulangan: “Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mukjizat, dan apabila tanda atau mukjizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya…” (Ul. 13:1-2). Jadi, nabi palsu adalah orang yang menyesatkan dan mengajak umat untuk menyembah berhala dan tidak melakukan kehendak Allah.
Berbeda dengan itu, nabi sejati adalah seorang yang dipanggil Allah untuk menyampaikan firman-Nya kepada umat. Nabi sejati berbicara atas nama Allah, dan kadang harus menentang raja atau umat yang menyimpang dari kehendak-Nya.
Hari ini, Yesus mengingatkan kita supaya waspada terhadap nabi palsu. Nabi palsu dapat dikenal dari perkataan dan tindakannya yang berlawanan dengan kehendak Allah. “Dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka,” demikian Yesus menegaskan. Kiasan tersebut menunjuk pada tutur kata dan sikap hidup yang bertentangan dengan kehendak Allah. Nabi palsu menghasilkan perbuatan jahat, sedangkan nabi sejati menghasilkan perbuatan baik dan benar yang menuntun orang pada jalan Allah.
Melalui Sakramen Baptis, kita semua menerima tugas dan tanggung jawab seorang nabi, yakni mewartakan firman Allah. Firman Allah tidak saja kita wartakan dengan mulut, tetapi juga kita hayati dan amalkan dalam hidup setiap hari. Kita adalah nabi-nabi masa kini yang perlu menentang kejahatan, kebencian, ketidakadilan sosial, dan sebagainya. Kita hidup dalam dunia yang sering kali diwarnai perselisihan dan kekerasan. Di situlah kita diutus untuk menjadi pelaku keadilan, cinta kasih, dan perdamaian. Mari kita belajar menjadi nabi-nabi sejati yang setia melaksanakan kehendak Allah.