Jadi, sekarang, kamu orang-orang kaya, menangislah dan merataplah atas kemalangan yang akan menimpa kamu! (Yak. 5:1)
Kemiskinan tidak akan pernah teratasi secara benar dan efektif di tengah ketamakan pemimpin. Bahkan, anggaran ratusan triliun rupiah bagi pengentasan kemiskinan tidak pernah mengubah nasib rakyat dari kemelaratan. Alih-alih membebaskan rakyat dari lingkaran kemiskinan, pemimpin berjiwa tamakjustru merampok anggaran itu demi memuaskan keserakahan diri. Akibatnya, dana ratusan triliun rupiah tidak pernah berdaya guna secara maksimal untuk pemberdayaan fakir miskin. Demikian ditulis Sukidi di Kompas, 4 Mei 2023.
Orang-orang kaya yang dimaksud Yakobus pada bacaan kita bukanlah semua orang kaya, melainkan orang-orang yang dengan serakah menimbun harta dan tidak peduli pada kesusahan orang lain. Mereka mengabaikan hak orang lain, hidup dalam kemewahan dan kesenangan, serta menindas orang-orang yang lemah. Orang-orang kaya yang demikianlah yang diberi peringatan oleh Yakobus. Jika mereka tidak mengubah sikap hidup yang jahat itu, maka pada saatnya mereka akan menangis, meratap dan tertimpa kemalangan.
Bunda Teresa pernah berkata, “Ketika seorang miskin meninggal karena kelaparan, itu tidak terjadi karena Tuhan tidak menjaganya. Hal itu terjadi karena baik Anda maupun saya tidak ingin memberi orang itu apa yang dia butuhkan.” Mengingat nasihat ini, maka jika sekarang kita mempunyai kelebihan, kekuatan, kemampuan, atau kekayaan, jangan gunakan itu semua hanya untuk diri sendiri saja. Berbagilah dengan yang membutuhkan. [Pdt. Essy Eisen]
REFLEKSI:
Apakah dengan kelebihan yang aku miliki, aku telah bersikap adil penuh kasih kepada sesamaku?
Ayat Pendukung: Pkh. 4:9-16; Mzm. 128; Yak. 5:1-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.