POHON KEHIDUPAN Amsal 3:13-18

weismeralda@gmail.com 10-May-2023 11:35:20

Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya, siapa yang berpegang padanya akan disebut berbahagia. (Ams. 3:18)

Karakteristik pohon biasanya ditentukan dari manfaat yang dihasilkan. Sebatang pohon disebut sebagai pohon mangga karena menghasilkan buah mangga. Sebuah tanaman disebut sebagai tanaman singkong karena menghasilkan singkong, yang merupakan bagian akar pohon tersebut. Sebatang pohon besar diberi nama pohon jati karena menghasilkan batang kayu jati untuk perabotan. Lantas, apa yang dimaksud penulis Amsal dengan pohon kehidupan?

Dengan menggunakan logika yang sama, pohon kehidupan dimaknai sebagai pohon yang menghasilkan kehidupan. Gambaran inilah yang disematkan penulis Amsal kepada orang- orang yang memiliki hikmat. “Ia menjadi pohon kehidupan bagi orang yang memegangnya” (Ams. 3:18a). Artinya, orang-orang berhikmat selalu memberikan dampak dan manfaat yang positif bagi orang-orang di sekitarnya. Kehadirannya tidak menjadi toxic untuk orang lain. Justru, melalui kehadirannya, orang-orang bisa bertumbuh, merasakan ketenangan, dan bersemangat untuk melanjutkan hidup. Ia seperti pohon yang secara alamiah menghasilkan buah yang tidak dinikmati dirinya sendiri.

Inilah gambaran Amsal tentang orang berhikmat. Waspada jika kita merasa diri berhikmat hanya karena status, kecerdasan, dan pengalaman yang kita miliki lebih tinggi dari orang lain. Orang yang berhikmat justru tidak pernah merasa dirinya berhikmat karena ia selalu sibuk bertumbuh dan berbuah selaku pohon kehidupan. [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]

REFLEKSI:
Orang-orang berhikmat selalu haus untuk bertumbuh dan menghasilkan buah bagi kehidupan sesama.

Ayat Pendukung: Mzm. 102:2-18; Ams. 3:13-18; Yoh. 8:31-38
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.

Sumber: https://gkipi.org/pohon-kehidupan/