RENUNGAN HARIAN 6 APRIL 2023, Kamis Putih

weismeralda@gmail.com 06-Apr-2023 08:30:43

Kel. 12:1-8,11-14; 
Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26;
Yoh. 13:1-15.

Pembasuhan Kaki

Perayaan Kamis Putih, tidak lengkap jika tidak ada pembasuhan kaki. PAnitia biasanya sudah mulai bergerak mencari calon rasul sejak beberapa minggu sebelumnya. Pencarian rasul kerap kali memberikan tantangan. Tidak semua orang mau, ada yang grogi, gugup tidak pantas dan lain sebagainya. Tetapi pernah juga ada umat yang trauma tidak mau lagi menjadi rasul. Seorang bapak yang pernah jadi rasul, dibercandain oleh teman-temannya. Kali lalu setelah upacara kamis Putih, ia mendapat julukan baru sebagai Yudas (iskariot), murid yang mengkhianati Yesus.

Yesus merayakan perjamuan terakhir bersama dengan para murid. Sesudah itu Ia ditangkap dan menjalani saat penderitaanNya. Perjamuan dilakukan selama 3-4 jam. Semua murid pun hadir kala itu. Perjamuan panjang itu diselingi dengan doa, Mazmur dan pujian. Para murid menikmati  sukacita perjamuan. Akan tetapi, memahami pembasuhan kaki, ternyata bukan hal yang mudah. Pembasuhan kaki sebagai persiapan menuju kesempurnaan pelayanan yang hendak dilakukan Yesus dalam salib. Salib masih diimani sebagai kegagalan mesias. Yesus menanggapi meuridNya dengan mengatakan : “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak (Yoh 13:7). Yesus pun juga menegaskan dengan mengatakan, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15). Teladan itu, tidak berhenti pada pembasuhan kaki saja; melainkan, mengasihi hingga wafat di salib.

“Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.”

Lalu?
Inilah bahagia yang Yesus maksudkan,  maka berbahagialah murid melakukannya (Yoh 13:17). Bagi para murid hal ini  yang berat. Jalan menuju kebahagiaan yakni persatuan dengan Allah, bukanlah rasa enak dan aman (Bdk juga Luk 9:33-36). Pada saatnya, para murid akan merasakan , kerahiman Allah yang membawa kesadaran akan kelemahan diri membawa pada pengalaman kasih Tuhan. Jangan-jangan, reaksi penolakan para murid, juga menjadi reaksi kita dalam pelayanan.

PHWKel. 12:1-8,11-14; 

Mzm. 116:12-13,15-16bc,17-18; 1Kor. 11:23-26;
Yoh. 13:1-15.

Pembasuhan Kaki

Perayaan Kamis Putih, tidak lengkap jika tidak ada pembasuhan kaki. PAnitia biasanya sudah mulai bergerak mencari calon rasul sejak beberapa minggu sebelumnya. Pencarian rasul kerap kali memberikan tantangan. Tidak semua orang mau, ada yang grogi, gugup tidak pantas dan lain sebagainya. Tetapi pernah juga ada umat yang trauma tidak mau lagi menjadi rasul. Seorang bapak yang pernah jadi rasul, dibercandain oleh teman-temannya. Kali lalu setelah upacara kamis Putih, ia mendapat julukan baru sebagai Yudas (iskariot), murid yang mengkhianati Yesus.

Yesus merayakan perjamuan terakhir bersama dengan para murid. Sesudah itu Ia ditangkap dan menjalani saat penderitaanNya. Perjamuan dilakukan selama 3-4 jam. Semua murid pun hadir kala itu. Perjamuan panjang itu diselingi dengan doa, Mazmur dan pujian. Para murid menikmati  sukacita perjamuan. Akan tetapi, memahami pembasuhan kaki, ternyata bukan hal yang mudah. Pembasuhan kaki sebagai persiapan menuju kesempurnaan pelayanan yang hendak dilakukan Yesus dalam salib. Salib masih diimani sebagai kegagalan mesias. Yesus menanggapi meuridNya dengan mengatakan : “Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak (Yoh 13:7). Yesus pun juga menegaskan dengan mengatakan, “sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.” (Yoh 13:15). Teladan itu, tidak berhenti pada pembasuhan kaki saja; melainkan, mengasihi hingga wafat di salib.

“Jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki.”

Lalu?
Inilah bahagia yang Yesus maksudkan,  maka berbahagialah murid melakukannya (Yoh 13:17). Bagi para murid hal ini  yang berat. Jalan menuju kebahagiaan yakni persatuan dengan Allah, bukanlah rasa enak dan aman (Bdk juga Luk 9:33-36). Pada saatnya, para murid akan merasakan , kerahiman Allah yang membawa kesadaran akan kelemahan diri membawa pada pengalaman kasih Tuhan. Jangan-jangan, reaksi penolakan para murid, juga menjadi reaksi kita dalam pelayanan.

PHW

Sumber: https://www.kaj.or.id/read/2023/04/05/16285/renungan-harian-6-april-2023-kamis-putih.php