Saat Terjadi Penolakan Kisah Para Rasul 27:1-12
Tetapi perwira itu lebih percaya kepada jurumudi dan nakhoda dari pada kepada perkataan Paulus. (Kis. 27:11)
Sebagai Rasul yang diutus Tuhan, Paulus dianugerahkan hikmat untuk merespons situasi sekitarnya. Salah satunya terjadi ketika Paulus—yang saat itu berstatus tahanan—melakukan pelayaran ke Roma. Karena hikmat Tuhan, Paulus memberi peringatan kepada prajurit akan ancaman bencana yang akan terjadi dalam pelayaran. Namun, prajurit dan para penumpang tidak percaya kepada Paulus sehingga kapal terus berlayar.
Kisah selanjutnya menceritakan bahwa peringatan yang dikatakan Paulus benar-benar terjadi. Kapal kandas oleh karena angin badai. Nyawa penumpang kapal terancam. Di tengah kondisi ini, Paulus memberi kekuatan dan menenangkan para penumpang. Ia bahkan menolong para prajurit yang sebelumnya menolak peringatan Paulus untuk mengatasi situasi di kapal.
Sekali lagi Paulus menunjukkan hikmatnya. Ia berhikmat saat menghadapi penolakan. Ketika pendapatnya ditolak, Paulus tidak mutung dan lepas tangan terhadap situasi yang ada. Ia malah terus berkarya untuk mengerjakan kabar baik bagi orang-orang yang telah menolaknya. Teladan ini mengundang kita untuk memeriksa diri, khususnya saat kita berada dalam situasi penolakan. Apa yang menjadi respons kita terhadap penolakan? Apakah penolakan membuat kita marah dan undur diri dalam karya dan pelayanan? Apakah perbedaan pendapat dengan rekan komunitas membuat kita ogah untuk kembali mengerjakan Injil di sana? Jika jawabannya “ya”, kita harus bertobat! [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
REFLEKSI:
Merespons penolakan dengan hikmat Tuhan mendorong diri tidak mutung dan undur diri dari setiap karya dan pelayanan.
Ayat Pendukung: Mzm. 66:8-20; Kej. 6:5-22; Kis. 27:1-12
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.