Lukas 10:1-9
Kemudian dari itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. Kata-Nya kepada mereka: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu. Pergilah, sesungguhnya Aku mengutus kamu seperti anak domba ke tengah-tengah serigala. Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut, dan janganlah memberi salam kepada siapa pun selama dalam perjalanan. Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu. Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah. Dan jikalau kamu masuk ke dalam sebuah kota dan kamu diterima di situ, makanlah apa yang dihidangkan kepadamu, dan sembuhkanlah orang-orang sakit yang ada di situ dan katakanlah kepada mereka: Kerajaan Allah sudah dekat padamu.”
***
Hari ini adalah Pesta Santo Lukas Penginjil. Lukas adalah seorang tabib yang berasal dari Antiokhia. Ia mengenal Kristus melalui perantaraan Paulus. Ia menjadi teman perjalanan Paulus, sekaligus menjadi rekan kerjanya. Ia menulis dua kitab dalam Alkitab, yaitu Injil Lukas dan Kisah Para Rasul. Dalam dunia seni, Injil Lukas dilambangkan dengan seekor lembu bersayap, sebab Injil ini dimulai dengan adegan kurban persembahan di Bait Allah yang dilakukan oleh Zakharia. Oleh Gereja, Lukas diangkat sebagai pelindung para dokter.
Melalui pesta ini, kita diajak bukan hanya untuk menghormati Santo Lukas dan bersyukur kepada Allah atas kabar baik yang ditulisnya. Allah menghendaki agar kita pun, dengan cara kita masing-masing, menjadi Lukas di zaman ini. Tidak peduli apa pekerjaan kita, Allah menghendaki agar kita menjadi utusan-Nya dan menjadi rekan kerja-Nya. Bagaimana caranya? Yakni dengan menjadi pewarta sesuai dan melalui cara hidup kita sehari-hari. Kita melakukannya melalui percakapan dengan orang-orang di sekitar kita, bisa juga melalui tulisan, surat, artikel, buku, atau status, komen, dan konten di media sosial. Pendek kata, kita bisa menjadi Lukas zaman sekarang dengan sarana dan keadaan yang telah Tuhan berikan kepada kita.
Dalam suatu pewartaan, Allah sudah menetapkan sifat-sifat utama yang harus kita pegang, “Janganlah membawa pundi-pundi atau bekal atau kasut.” Rasul adalah utusan Allah. Allah berada di atas segalanya. Seorang rasul hanya bersandar pada Allah yang pasti akan memelihara utusan-utusan-Nya. Seorang rasul juga mempersiapkan jalan bagi Tuhan, yaitu mewartakan damai dengan cara-cara yang damai pula. Bersediakah kita menjadi Lukas, yakni menjadi pewarta Injil, zaman ini?