Spiritualitas Pengurbanan Ibrani 9: 23-28 Maret 5, 2024
Demikian pula Kristus hanya satu kali saja dipersembahkan untuk menanggung dosa banyak orang. (Ibr. 9:28a)
Membangun itu tidak mudah, apalagi membangun manusia. Manusia adalah makhluk yang kompleks. Ada banyak aspek, dan setiap orang memiliki sejarah dan latar belakang yang berbeda. Kalau tidak ada komitmen dan konsistensi serta kesediaan membayar harga, maka proses membangun akan berhenti di jalan buntu.
Yesus Kristus adalah guru dan teladan yang sejati dalam hal membangun manusia. Ia tahu persis misi-Nya, dan Ia melakukan itu dengan total dilandasi oleh kasih. Karenanya, Ia dengan rela mengurbankan (sacrificed) diri sebagai manifestasi kasih untuk membangun manusia. la membawa manusia ke dalam sebuah kehidupan baru dengan pengurbanan, satu kali untuk selamanya. Dia tahu akar persoalan yang membuat manusia tidak maju, yaitu dosa. Manifestasi dosa ada dalam pikiran yang jahat, mental yang serba takut dan cemas, perilaku yang buruk. Yesus Kristus menebus dosa itu. Ia mengubah perspektif dan mental. Dengan spirit pengurbanan, manusia ditempatkan-Nya dalam sebuah ruang transformasi untuk berubah menjadi lebih baik.
Membangun manusia demi perubahan ke arah yang lebih baik memang membutuhkan komitmen, konsistensi, dan kesediaan membayar harga. Kita butuh penghayatan dan pengamalan spiritualitas pengurbanan seperti yang diteladankan oleh Yesus Kristus, Guru dan Juru selamat kita. Satu kali saja Ia mati untuk kita, tetapi Ia ingin supaya kita terus-menerus bangkit dan melakukan transformasi, walaupun hams berkurban. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Kristus yang berkurban karena kasih-Nya memberi ruang dan kesempatan yang begitu luas pada kita untuk membarui diri.
Ayat Pendukung: 2 Taw. 29:1-11, 16-19; Mzm. 84; Ibr. 9:23-28
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.