Sportif dan Suportif 1 Korintus 4:14-20
Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat. (1Kor. 4:17)
Sependek pengalaman saya sebagai pendeta, relasi bersama umat terjadi dengan beragam warna. Sangat cair dan dinamis. Kedekatan yang terbangun tidak hanya terbatas pada satu warna, yaitu antara pendeta dengan umat-Nya. Kerap juga dimaknai hidup berjemaat dalam relasi sebagai keluarga besar. Kehadiran pendeta di tengah umat, berkelindan di sana relasi seperti orangtua kepada anak, kakak dan adik, kakek atau nenek bersama cucunya. Pada prosesnya, hubungan yang beraneka rupa ini begitu menggembirakan sekaligus menyemarakkan karya pelayanan bersama umat Tuhan.
Sebagai rasul yang melayani umat Tuhan di Kota Korintus, Paulus tak hanya memaknai relasinya sebatas rasul dengan umat. Kedekatan relasi seperti orangtua kepada anaknya, dengan sportif disampaikan Paulus dalam suratnya. Hal itu wajar karena secara spiritual, Paulus turut mendidik dan memandu tumbuh kembang iman umat. Sebagai pemimpin sekaligus pelayan, Paulus mengasihi umat seperti anaknya sendiri. Selain kepada umat, Paulus juga adalah orangtua rohani dari Timotius. Sikap suportif Paulus dilakukan dengan memperkenalkan Timotius sebagai rasul penggantinya. Ia mendorong umat di Korintus untuk menyambut Timotius sebagai pemimpin mereka selanjutnya. Paulus mengajak umat mewujudkan hidup saling menopang.
Sikap ksatria dan jujur atau sportif sekaligus sikap memberi dukungan atau suportif adalah dua hal yang berguna bagi karya pelayanan. Hidupkan dan wujudkan. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Di dalam berbagai ruang lingkup kehidupan, estafet kepemimpinan adalah sebuah hal yang perlu diterima dengan dewasa dan wajar.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:129-136; 1Raj. 1:28-37; 1Kor. 4:14-20
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.