Lukas 10:21-24
Pada waktu itu juga bergembiralah Yesus dalam Roh Kudus dan berkata: “Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. Ya Bapa, itulah yang berkenan kepada-Mu. Semua telah diserahkan kepada-Ku oleh Bapa-Ku dan tidak ada seorang pun yang tahu siapakah Anak selain Bapa, dan siapakah Bapa selain Anak dan orang yang kepadanya Anak itu berkenan menyatakan hal itu.”
Sesudah itu berpalinglah Yesus kepada murid-murid-Nya tersendiri dan berkata: “Berbahagialah mata yang melihat apa yang kamu lihat. Karena Aku berkata kepada kamu: Banyak nabi dan raja ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.”
***
Dalam misa tanggal 15 Mei 2015, Paus Fransiskus berkhotbah demikian, “Orang Kristen tanpa sukacita bukanlah orang Kristen. Orang Kristen yang terus-menerus tinggal di dalam kesedihan bukanlah orang Kristen. Orang Kristen yang dipenuhi ketakutan sesungguhnya tidak memahami pesan yang dibawa Kristus. Sukacita kristiani adalah suatu anugerah dari Roh Kudus. Tuhan memandang saya, memanggil saya, serta memberikan rahmat-Nya dan mengangkat saya menjadi anak-Nya. Itulah sukacita kristiani.”
Saya merasa tersentuh ketika membaca khotbah tersebut. Sebelumnya, saya bersukacita karena hal-hal luaran dan dangkal seperti dipuji orang, punya kenalan atau hobi baru, serta meraih prestasi atau target tertentu. Sukacita seperti itu bertahan sebentar saja, tidak jarang terasa palsu, dan membuat saya menjadi egois. Banyak hal dilakukan hanya demi diri sendiri.
Saya pun menjadi sadar bahwa saya perlu menemukan sukacita sejati. Karena itu, saya menjadi sering merenungkan karya Tuhan dalam hidup saya. Saya menemukan bahwa Tuhan bekerja dalam banyak hal sederhana seperti dalam napas kehidupan, dalam bentuk dukungan dari komunitas,dan dalam kesempatan melayani umat. Ketika merenungkannya, sukacita yang saya rasakan punya nuansa yang berbeda. Ada rasa kagum bahwa Tuhan itu sungguh dekat. Ia bekerja dalam hal-hal kecil yang sering kali luput dari perhatian saya. Dampaknya, perlahan cara pandang dan sikap saya berubah. Saya semakin sering bersyukur.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus bersukacita di dalam Roh Kudus. Ia bersukacita atas karya Bapa, yakni karena Bapa menyatakan kehendak-Nya kepada orang kecil yang sering kali disingkirkan dan dipandang rendah, misalnya orang miskin dan sederhana, serta para pendosa. Hal itu berarti orang kecil berkenan di hati Allah. Mereka sungguh menjadi kelompok yang terpilih. Martabat mereka kembali dipulihkan. Kebijaksanaan ilahi inilah yang membuat Yesus bersukacita.
Semoga pada Masa Adven ini kita meluangkan banyak waktu untuk merenungkan karya Tuhan dalam hidup kita, sehingga sukacita kita sungguh merupakan sukacita kristiani.