SURVIVOR TREE Kejadian 9:8-17
Maka Kuadakan perjanjian-Ku dengan kamu, bahwa sejak ini tidak ada yang hidup yang akan dilenyapkan oleh air bah lagi, dan tidak akan ada lagi air bah untuk memusnahkan bumi.” (Kej. 9:11)
Sebatang pohon pir berjenis callery menjadi salah satu koleksi hidup Museum Nasional Tragedi 11 September di New York. Awalnya, ia ditemukan dalam kondisi sekarat di antara puing-puing gedung WTC yang runtuh. Akar dan dahan pohon sudah patah dan terbakar. Para pekerja yang menemukannya tidak membuang sisa-sisa pohon itu. Sebaliknya, mereka menyerahkannya kepada dinas pertamanan New York. Mereka optimis pohon ini bisa diselamatkan. Benar saja, pohon ini pulih dan bertumbuh lagi dengan subur. Ia pun ditanam kembali di lokasi semula. Warga pun mengenali pohon ini sebagai Survivor Tree dan menjadi simbol kelahiran kembali harapan, ketahanan, dan kehidupan.
Kisah tersebut mengingatkan kita pada janji yang diadakan Allah dengan Nuh dan keturunannya. Allah berjanji untuk tidak lagi mendatangkan air bah, yang menjadi simbol kehancuran dan kematian. Allah justru menjamin adanya pengharapan dan kehidupan bagi seluruh makhluk hidup. Survivor Tree menjadi buktinya. Harapan lahir tidak hanya bagi manusia. Keselamatan dan kehidupan nyata untuk semua ciptaan.
Kondisi ini membawa optimisme bagi kita di tengah ancaman krisis iklim dan ekologi. Allah pasti merawat hidup semua ciptaan, Ia tidak akan memusnahkannya. Selaku pewaris janji Allah pada Nuh, optimisme ini yang menjadi spirit kita untuk terus bergerak menyatakan pengharapan bagi bumi. Hal-hal kecil yang kita lakukan bagi alam tidak sia-sia sebab kita sedang menyediakan ruang bagi Allah berkarya menepati janji-Nya. [Pdt. Hizkia Anugrah Gunawan]
REFLEKSI:
Janji Allah dengan Nuh mendorong kita memiliki optimisme bahwa aksi-aksi cinta lingkungan sekecil apa pun tidak akan sia-sia
Ayat Pendukung: Mzm. 93; Kej. 9:8-17; Kis. 27:39-44
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.
Sumber: https://gkipi.org/survivor-tree/