Taat Kepada Otoritas 1 Petrus 2:13-17
Tunduklah, karena Allah, kepada semua lembaga manusia, baik kepada raja sebagai pemegang kekuasaan yang tertinggi …. (1Ptr. 2:13)
Taat kepada otoritas tidak bisa digeneralisir. Bagaimana apabila otoritas tersebut korup dan jahat? Hitler juga menuntut agar semua orang tunduk kepadanya. Kata “taat dan tunduk” sering disalahgunakan untuk tujuan manipulatif. Khususnya, dituntut oleh orang-orang yang haus pujian dan ingin dikultuskan. Tatanan kehidupan akan rusak apabila manusia tidak memiliki ketaatan kepada otoritas. Sebab, setiap orang akan bertindak menurut kemauannya sendiri.
Pengajaran tentang taat pada otoritas ditempatkan dalam konteks sikap iman yang tunduk kepada Allah. Sikap iman kepada Allah dinyatakan dengan sikap kasih dan hormat. Kedua sikap tersebut tidak akan bisa terwujud apabila dilakukan dengan terpaksa. Sikap kasih dan hormat akan bermakna apabila dilakukan sebagai “orang merdeka” (1Ptr. 2:16). Tanpa sikap merdeka, manusia tidak mungkin bisa mengekspresikan kasih dan hormat secara tulus. Sebaliknya, sikap terpaksa akan melahirkan sikap berpura-pura dalam mengasihi dan tunduk kepada otoritas.
Sikap tidak taat kepada otoritas karena seseorang memaksakan kehendaknya adalah melawan Allah. Sebab, pemegang otoritas yang baik dan bijaksana adalah orang- orang yang ditunjuk Allah. Kita wajib melaksanakan tugas dengan tanggung jawab yang dilandasi oleh kasih dan hormat. Apabila kita tidak tunduk dengan kasih, mustahil kita dapat tunduk kepada Allah yang tidak kelihatan. [Pdt. Yohanes Bambang Mulyono]
REFLEKSI:
Bapa surgawi, berikan kerendahan hati agar kami dapat tunduk kepada otoritas dengan sikap kasih dan hormat, bukan karena terpaksa. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 23; Kel. 3:16-22, 4:18-20; 1Ptr. 2:13-17
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.