Takut Akan Tuhan Amsal 1:1-7, 20-33
Pada waktu itu mereka akan berseru kepadaku, tetapi tidak akan kujawab, mereka akan bertekun mencari aku, tetapi tidak akan menemukan aku. Oleh karena mereka benci kepada pengetahuan dan tidak memiiih takut akan TUHAN. (Ams. 1:28-29)
Masyarakat di Indonesia baru saja disuguhi sebuah drama terkait pembunuhan Brigadir J. yang dilakukan Bharada E. atas perintah Irjen. FS. Belum lagi drama tersebut usai, drama lain sudah disajikan di panggung publik berupa penganiayaan oleh MDS, yang direkam oleh SL dan AGH, terhadap CDO hingga CDO berada dalam keadaan koma dan harus dirawat intensif di rumah sakit. Gegara kasus penganiayaan ini pula RAT, ayah MDS, diselidiki KPK atas dugaan praktik pencucian uang, dan bahkan mungkin juga suap dan korupsi.
Yang mencengangkan, semua aktor yang berperan dalam drama-drama tersebut di atas adalah orang-orang Kristen. Inilah perkara yang menjadi keprihatinan dalam bahan bacaan kita; bahwa ada umat Allah yang “benci kepada pengetahuan (hikmat) dan tidak memilih takut akan Tuhan” (ay. 28-29).
Menjadi bagian dari umat Allah tidak secara otomatis membuat kita menjadi orang-orang yang memiliki perilaku sebagaimana Allah kehendaki. Kunci dari hal tersebut terletak pada apakah kita mau menjadi orang yang berhikmat atau tidak. Dan kalau kita mau menjadi orang yang berhikmat, maka tidak ada jalan lain selain memulainya dengan memupuk rasa takut akan Tuhan. Memang benar bahwa kita tidak perlu sampai ketakutan pada Tuhan. Namun perlu ada rasa takut akan Tuhan supaya kita bisa mengendalikan diri dengan baik, sebab “Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan (Ams. 1:7). [Pdt. Paulus S. Widjaja]
DOA:
Ya Tuhan, mampukanlah kami untuk senantiasa takut pada diri-Mu, lebih dari siapapun dan apapun di dunia ini. Amin.
Ayat Pendukung: Mzm. 119:121-128; Ams. 1:1-7, 20-33; Mrk. 4:30-34
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.