Tanggung Jawab Iman Efesus 1:3-6 Maret 7, 2024
Sebab, di dalam Dia Allah telah memilih kita sebelum dunia dijadikan, supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (Ef. 1:4)
Hidup sebagai umat pilihan adalah sebuah keistimewaan. Namun, keterpilihan ini harus dihayati sebagai undangan dan tugas, bukan untuk gagah-gagahan. Apalagi, dengan status tersebut kita kemudian menyombongkan diri atas orang dengan keyakinan dan agama yang berbeda.
Rasul Paulus dengan jelas menulis bahwa sebelum dunia dijadikan, orang percaya atau jemaat itu sudah dipilih. Artinya, tidak ada kontribusi orang beriman itu dalam keputusan Tuhan. Bukan karena kualifikasi tertentu lantas mereka dipilih. Itu sepenuhnya kedaulatan Tuhan. Mereka dipilih supaya mereka kudus dan tak bercacat. Artinya, di situ ada tanggung jawab. Mereka harus menjadi contoh. Mereka mesti memberikan keteladanan. Walaupun mereka dipilih tanpa memperhitungkan kualifikasi tertentu, tetapi sekarang mereka harus memperlihatkan kualitas hidup sebagai orang beriman. Tutur kata dan perbuatan mereka tidak boleh “asal”. Apa yang mereka kerjakan harus menjadi rujukan, supaya Tuhan dimuliakan.
Ada tanggung jawab iman sebagai orang pilihan. Tanggung jawab itulah yang harus dihayati sebagai sebuah keistimewaan. Dengan demikian, kita tidak akan hidup dengan kesombongan, melainkan dengan rendah hati memperlihatkan keteladanan. Kita bangga karena dipilih, dan dengan kebanggaan itu kita memperlihatkan tanggung jawab kepada orang lain. Sebab, dari kekal Tuhan sudah menetapkan hal itu bagi orang beriman. [Pdt. Hariman Pattianakotta]
REFLEKSI:
Dalam kebanggaan bahwa kita dipilih sebagai umat-Nya, kita sadari bahwa itu bukan karena kehebatan kita, melainkan karena kasih karunia Tuhan. Kebanggaan itu kita tunjukkan dalam teladan hidup kita.
Ayat Pendukung: Kej. 9:8-17; Mzm. 107:1-3, 17-22; Ef. 1:3-6
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.