Tudung Saji Dan Rendah Hati Daniel 12:1-13
Tetapi ia menjawab: “Pergilah, Daniel, sebab firman ini akan tinggal tersembunyi dan termeterai sampai akhirzaman’.’ (Dan. 12:9)
Pada bulan November 2003, sebuah kelompok bernama Pondok Nabi yang dipimpin oleh Mangapin Sibuea sempat viral dan sontak menjadi buah bibir. Tersebutlah sekitar 300 orang anggota kelompok ini, berkumpul di sebuah gedung di Baleendah, Kota Bandung. Setiap hari mereka mengisi hidupnya hanya dengan beribadah. Meyakini bahwa kiamat sebentar lagi tiba. Namun, tepat pada tanggal yang ditetapkan sebagai kiamat menurut versi mereka, tidak terjadi apa-apa. Dunia tak berakhir. Hidup berjalan seperti sewajarnya.
Narasi akhir zaman atau kiamat, kental sekali terlukis dalam perikop ini. Seperti halnya melihat dari atas tudung saji, singkapan gambar peristiwanya tidak tertera dengan benderang. Tanda menuju akhir dunia memang diwartakan. Misalnya, terjadinya kesesakan besar, kebangkitan orang mati, serta hidup abadi bagi pemimpin dan orang yang bijak, baik, dan adil. Namun, kapan persisnya akhir zaman, baik Daniel maupun para malaikat tidak mengetahuinya. Alih-alih menetapkan kapan kiamat datang, Daniel justru dipanggil untuk hidup berlaku setia kepada Allah sampai akhir. Itulah cara terbaik untuk menyambut kepastian datangnya akhir zaman. Hidup waspada dan berjaga-jaga.
Rendah hati adalah sikap terbaik dalam memaknai akhir zaman. Seperti Daniel, kita pun dipanggil terus hidup taat dan setia, melekat kepada Allah sekaligus menghadirkan kasih Allah bagi sesama. Sehingga pada akhirnya, kita bersukacita menyambut hari-Nya tiba. [Pdt. Ayub Sektiyanto]
REFLEKSI:
Akhir zaman pasti tiba sekaligus tidak seorang pun yang tahu kapan waktunya. Dua fakta ini perlu kita sikapi dengan rendah hati.
Ayat Pendukung: Mzm. 75; Dan. 12:1-13; Mat. 12:15-1
Bahan: Wasiat, renungan keluarga.